Info Tips

10 Kata Mutiara Bahasa Jawa Penuh Filosofi

1
×

10 Kata Mutiara Bahasa Jawa Penuh Filosofi

Share this article

Bahasa Jawa, bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur. Di dalamnya terkandung filosofi hidup yang mendalam, tercermin dalam berbagai pitutur, unen-unen, dan kata mutiara (kata bijak). Kata-kata ini bukan sekadar rangkaian kalimat indah, melainkan juga pedoman hidup yang relevan hingga kini. Artikel ini akan membahas 10 kata mutiara Bahasa Jawa yang sarat akan filosofi, memberikan pemahaman lebih dalam tentang makna dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

ADS

Kata-kata mutiara ini seringkali disampaikan secara turun-temurun, menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan karakter dalam keluarga Jawa. Mereka mengajarkan tentang kesabaran, kerendahan hati, tanggung jawab, dan keseimbangan dalam hidup. Memahami dan menghayati makna kata-kata ini dapat membantu kita menjalani hidup dengan lebih bijaksana dan bermakna.

Berikut adalah 10 kata mutiara Bahasa Jawa beserta penjelasan filosofinya:

  • “Urip iku urup.”

    Filosofi: Hidup itu menyala. Maknanya, hidup harus bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kita harus memberikan kontribusi positif kepada lingkungan sekitar dan meninggalkan jejak kebaikan. Setiap tindakan baik, sekecil apapun, akan memberikan cahaya dan makna bagi kehidupan. Bayangkan sebuah lilin, ia rela terbakar untuk menerangi sekitarnya. Begitu pula kita, hendaknya rela berkorban demi kebaikan bersama.

  • “Gusti iku cedhak tanpa senggolan, adoh tanpa wangenan.”

    Filosofi: Tuhan itu dekat tanpa bersentuhan, jauh tanpa batasan. Ini adalah ungkapan tentang kebesaran dan kemahakuasaan Tuhan. Tuhan selalu hadir dalam setiap aspek kehidupan kita, meskipun kita tidak dapat melihat atau menyentuh-Nya. Ia juga tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga selalu hadir dimanapun dan kapanpun. Kita diajarkan untuk selalu mengingat Tuhan dalam setiap langkah dan merasa dekat dengan-Nya.

  • “Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hara.”

    Filosofi: Memperindah keindahan dunia, memberantas kejahatan. Ini adalah sebuah cita-cita luhur yang mengajak kita untuk selalu berbuat baik dan menjaga keseimbangan alam semesta. Kita harus berusaha untuk mempercantik dunia dengan tindakan positif dan melawan segala bentuk kejahatan yang dapat merusak harmoni kehidupan. Intinya adalah menjaga kelestarian lingkungan dan moralitas.

  • “Ala lan becik iku gandheng, kabeh kuwi saka kersaning Gusti.”

    Filosofi: Baik dan buruk itu berdampingan, semua itu atas kehendak Tuhan. Hidup ini penuh dengan dinamika, ada suka dan duka, baik dan buruk. Kita harus menerima kenyataan bahwa kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi setiap kejadian dengan bijaksana dan berserah diri kepada Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi pasti ada hikmahnya.

  • “Ojo dumeh.”

    Filosofi: Jangan sombong atau angkuh. Ini adalah nasehat agar kita selalu rendah hati dan tidak merasa lebih baik dari orang lain. Kesombongan akan menjauhkan kita dari kebaikan dan dapat merusak hubungan dengan sesama. Kita harus selalu ingat bahwa semua yang kita miliki adalah titipan dari Tuhan dan tidak ada alasan untuk menyombongkan diri.

  • “Sabar iku mustikaning laku.”

    Filosofi: Sabar itu adalah perhiasan perilaku. Kesabaran adalah kunci untuk menghadapi segala cobaan dan tantangan dalam hidup. Dengan kesabaran, kita dapat berpikir jernih dan mengambil keputusan yang tepat. Kesabaran juga dapat membantu kita untuk menjaga emosi dan menghindari konflik yang tidak perlu. Ibarat air yang menetes secara perlahan, namun mampu melubangi batu.

  • “Narimo ing pandum.”

    Filosofi: Menerima apa adanya. Ini adalah ajaran tentang syukur dan kepuasan. Kita harus menerima apa yang telah diberikan kepada kita dan tidak selalu merasa kurang. Dengan bersyukur, kita akan merasa lebih bahagia dan damai dalam hidup. Menerima apa adanya bukan berarti pasrah, melainkan menerima dengan lapang dada dan tetap berusaha untuk menjadi lebih baik.

  • “Becik ketitik, ala ketara.”

    Filosofi: Kebaikan akan terlihat, keburukan akan tampak. Setiap perbuatan, baik maupun buruk, pasti akan ada konsekuensinya. Kebaikan akan membawa kebahagiaan dan keberkahan, sedangkan keburukan akan membawa kesengsaraan dan penyesalan. Kita harus selalu berhati-hati dalam bertindak dan berusaha untuk selalu berbuat baik.

  • “Eling lan waspodo.”

    Filosofi: Ingat dan waspada. Kita harus selalu ingat akan tujuan hidup kita dan waspada terhadap segala godaan dan rintangan yang menghalangi. Dengan selalu ingat dan waspada, kita akan terhindar dari perbuatan yang salah dan dapat mencapai tujuan hidup dengan sukses. Eling berarti ingat kepada Tuhan, waspada berarti berhati-hati dalam bertindak.

  • “Ajining diri gumantung ing lathi, ajining raga gumantung ing busana.”

    Filosofi: Harga diri tergantung pada ucapan, harga badan tergantung pada pakaian. Ucapan dan penampilan mencerminkan kepribadian seseorang. Kita harus menjaga ucapan agar tidak menyakiti orang lain dan berpakaian dengan sopan agar dihargai oleh orang lain. Ucapan yang baik dan penampilan yang rapi menunjukkan bahwa kita menghargai diri sendiri dan orang lain.

Semoga 10 kata mutiara Bahasa Jawa ini dapat memberikan inspirasi dan pencerahan bagi kita semua. Mari kita lestarikan warisan budaya ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *